“Jangan Anggap Kebaikan Orang Sebagai Kebodohan Yang Bisa Dimanfaatkan.
Karena Disaat Orang Baik Itu Terlihat Bodoh Sesungguhnya Ia Sedang Menilaimu !”
(Octamelia Sasmitha Aatmaja)
Mengapa kami yang biasanya menulis para imigran Yaman Ba’alawi, kini dengan BA’ALWI?
Jawabannya adalah : Kita harus selalu waspada dengan setiap langkah siapapun, apalagi yang terbukti telah melakukan kelicikan dan kecurangan. Walaupun itu hanya satu huruf !!!
Terlepas nama datuk mereka ‘Kang Alwi bin Mang Ubed’ itu ada atau tidak. Tetapi memang nama leluhurnya adalah ALWI, dan itu diambil dari nama burung di HADRAMAUT Yaman.
Dan penisbatan ini mereka akui sendiri dan mudah ditemukan di dalam banyak sumber atau literatur.
Namun tiba-tiba dengan ditambah huruf ‘A’ yaitu ‘ALAWI maka menjadi bentuk jamak dari seluruh keturunan ALI. Dimana melalui putranya Hasan dan Husein, hasil pernikahan Ali dengan Fatimah binti Muhammad SAW.
Berikutnya kerancuan itu semakin parah, dengan memakai nama ‘ALAWI, setidaknya ada 2 hal yang menjadi BIAS DAN RANCU:
Gile bener, seolah mereka tiba-tiba menjadi polisi nasab di Nusantara.
Selain bermasalah dari caranya menguasai Lembaga Sufi. Masih ditambah lagi dengan sanad Thoriqohnya yang juga bermasalah. Mari kita cermati.
…”Thariqah Ba ’Alawi merangkul thariqah-thariqah yang lain, beradab dengannya, dan tidak mengingkarinya, bahkan mengambil makna-maknanya. Sehingga, para imam muhaqqiq mereka menyatakan dengan jelas bahwa Thariqah Ba ’Alawi pada lahiriahnya mengikuti al-Ghazali dan batiniahnya mengikuti asy-Syadzili…”
(catatan : Alfaqih Muqoddam Ba’Alwi tahun 1176-1255. Sedangkan Imam Syadzili 1197-1258. Artinya lebih dahulu lahir dan lebih tua umurnya. Semoga yang lebih tua pernah berguru ke yang lebih muda, dan pernah menempuh perjalanan panjang dari Tarim ke Maghrib).
“…Thariqah Sâdah Ba ’Alawi memiliki keistimewaan dengan menjauhkan diri dari penampilan yang berlebihan sebagaimana yang terdapat pada sebagian thariqah tasawuf.”
(Catatan : Apakah yang dimaksud dengan berlebihan, dan dengan tidak memakai Bai’at seperti Thoriqoh lainnya maka hubungan guru dengan murid diikat pakai apa? Semoga bukan pakai dongeng).
(https://www.academia.edu/40736660/THARIQAH_ALAWIYAH)
Pertanyaan kritisnya, dan siapapun boleh mempertanyakannya :
Jawabannya :
Dari nama saja sudah janggal, maksa dan ambigu. Hampir semua Thoriqoh dinamakan sesuai nama, gelar atau julukan Mursyid Akbar pendirinya.
Terlepas dari segala kontroversi beliau. Entah sebagai Waliyullah terbesar sepanjang jaman, atau setiap malam Mi’raj ke langit hingga ontanya hafal jalan-jalan di langit, atau beliau yang diciptakan dari Nur Dzatnya Allah, dan sebagainya. Yang jelas nasab beliau ternyata GAGAL, ditinjau dari Kajian Pustaka dan dari Test DNA keturunannya tersambung kepada Nabi SAW.
Suatu bangunan yang pondasinya hanyalah bayang-bayang, tidak mungkin kokoh berdiri dengan melayang.
(https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2013/10/managib-sayyidina-al-faqih-al-muqaddam.html?m=1).
Baiklah, kita tidak akan mengupas lebih jauh kejanggalan-kejanggalan Ba’alwi. Penulis yakin masih banyak manusia berpikiran sehat dan waras di negeri ini. Kecuali tentu saja bagi mereka yang tidak mau menggunakan cahaya nurani dan akal sehatnya.
Yang jelas, BA’ALWI telah bermasalah sejak awal kedatangannya di Nusantara. Berikut daftarnya :
Artinya, sebagai Imigran mereka telah begitu KELEWAT BATAS. Memanfaatkan Kebajikan Warga Nusantara dengan segala ke-ramah-tamahannya. Air Susu Dibalas Air Tuba. Namun camkanlah, Bangsa yang ramah dan sopan-santun ini sebenarnya tidaklah sebodoh yang dikira.
Keramahan yang bila disakiti, sebenarnya memendam bara. Laksana ‘Api Dalam Sekam’.
Ingatlah, bahwa Bangsa yang ramah ini harus dibuatkan momentum LEBARAN, untuk bermaafan tiap tahun.
Dan ingatlah bahwa banyak tarian di negeri ini yang memakai atribut TOPENG. Siapa yang mengira dibalik wajah yang tersenyum, sedang menyeringai marah.
Maka, berhati-hatilah Wahai Imigran. Bangsa yang ramah ini sebenarnya sedang menilaimu. Dan pada akhirnya pasti akan mengambil kesimpulan. Hati-hatilah kepada manusia yang sabar dan ramah. Ketika hal tersebut telah hilang, anda akan kaget melihat wajah yang berbeda. Semoga hal itu tidak pernah terjadi, dan Kaum Imigran mau insyaf dan mengakhiri segala arogansinya.
“Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung.”
Dimana kita berada, disitu kita harus menempatkan diri dengan sebaik-baiknya.
ROHINGYA, DE JA VU BA’ALWI
Pengungsi Rohingya sebenarnya mirip-mirp dengan Ba’alwi yang bukan asli Arab. Mereka secara ras dan genetik bukan Bangsa Myanmar yang indo-china. Mereka adalah orang Bangladesh, negeri sebelah baratnya Yang entah sejak kapan tinggal di Arakan-Myanmar. Ada 2 versi :
Terkait mereka campuran ras apa saja, dengan test DNA akan ketahuan siapa dan bagaimana leluhurnya. Baik secara peternal, maternal maupun parental.
(https://www.kompas.com/skola/read/2022/03/29/133000269/mengenal-asal-usul-etnis-rohingya?page=all)
Dari bahasa, mereka berdialek Chittagonian. Bahasa yang digunakan menyeluruh di tenggara Bangladesh. Artinya secara tutur, terbukti mereka orang Bangladesh yang hijrah ke Myanmar.
(https://www.liputan6.com/hot/read/4971712/6-penyebab-konflik-rohingya-dan-penjelasannya?page=2)
Apabila di Palestina ada kelompok radikal perlawanan HAMAS. Maka di Rohingya ada ARSA (Arakan Rohingya Salvation Army). Pembedanya, Warga Palestina tetap tabah dan bertahan di negerinya karena merasa tanah airnya. Tetapi Rohingya, massif migrasi ke luar negeri. Dan pada akhirnya di berbagai negara meminta fasilitas lebih. Selain soal makanan dan rumah, juga kepemilikan tanah.
Inilah konflik yang sedang terjadi. Imigran yang ditolong tapi malah menodong.
Pada akhirnya, negara yang se-etnis Bangladesh saja telah menghalau mereka. Sebaliknya justru negara-negara Melayu lebih peduli karena solidaritas sebagai sesama muslim. Sedangkan Australia sebagai negara persemakmuran Inggris, telah TEGAS menolak pengungsi Rohingya. Padahal Inggris adalah mantan penjajahnya Myanmar, awal dari segala kekisruhan tersebut.
Lucunya atas dasar Kemanusiaan, PBB melalui UNHCR seakan getol propaganda memaksa negara-negara Asia Tenggara menerimanya. Mengapa tidak dibawa ke Amerika saja dengan Kapal Induknya yang megah, daripada dibuat alat onar di seluruh dunia.
Terdapat empat kelompok besar muslim Myanmar, yaitu kelompok Islam keturunan Birma, kelompok Islam keturunan India (Tamil dan Bengal), kelompok Islam keturunan Rohingya atau Arakan dan kelompok Islam keturunan China, seperti dikutip dari buku Sejarah Sosial Muslim Minoritas di Kawasan Asia karya Asep Achmad Hidayat.
(https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6485435/siapa-sebenarnya-etnis-rohingya-begini-sejarahnya)
Namun pertanyaannya, mengapa hanya Etnis Rohingya yang menjadi musuh negara Myanmar.
Jawabannya :
Study kasus, etnik Jawa di Suriname, mereka membaur, menghormati etnik lain yang lebih dahulu ada. Dan kini mereka menyatu dalam perikehidupan Suriname. Dengan tanpa kehilangan budaya dan bahasa Jawanya. Juga tanpa menuntut Kemerdekaannya.
Sebagai pendatang gelap, maka pemerintah harus tegas. Sebelum imigran yang tidak tahu diri akan membuat masalah lebih kompleks di negeri orang.
Sebagai penutup, penulis tidak akan pernah kehilangan keberpihakan akan kemanusiaan. Walau tanpa alasan se-agama. Namun harus diingat, bahwa menghindari kemudharatan harus didahulukan, daripada mencari kebajikan tetapi dengan resiko yang lebih besar.
Sudah cukup bangsa ini ditipu oleh Kaum Pendatang. Baik mereka yang menjajah. Atau imigran yang didatangkan penjajah dan ikut menindas bangsa ini. Yang mana, setelah penjajahnya hengkang, mereka masih bercokol dan membuat diskriminasi serta kekacauan di negeri ini.
Temasuk imigran yang me-ngebom Borobudur pada tahun 1985. Pada peristiwa itu pelaku utama adalah 2 bersaudara Al Habsyi Ba’alwi (Kadir dan Husen). Namun mereka tetap merasa tidak bersalah dan menuduh dalangnya seseorang bernama Mohammad Jawwad. Yang hingga kini tidak pernah ditemukan orangnya, baik kebenaran atau keberadaannya. Padahal setelah meledakkan Borobudur, mereka juga meledakkan bis di Banyuwangi arah Bali. Artinya, mereka seorang profesional yang mampu merakit sendiri bomnya.
Kesimpulannya, imigran yang mampu merakit bom, mampu mengarang kuburan palsu, berani membelokkan sejarah bangsa, bahkan berlaku rasis dan arogan, dan berani menipu sebagai turunan Nabi. Tentu saja adalah imigran yang layak diwaspadai. Sebelum terlambat, semoga seluruh anak-bangsa sadar dan negara secepatnya hadir.
“Hanya ada 2 hal yang tidak terbatas, yaitu ALAM SEMESTA dan KEBODOHAN MANUSIA !” (Frank Wright, 1875-1955)
Wassalamu’alaikum, Salam Sejahtera, Rahayu Nusantaraku,
(KRT. FAQIH WIRAHADININGRAT)