
Perseteruan antara dua pucuk pimpinan tertinggi PBNU—Rais Aam dan Ketua Umum—telah menjadi sorotan publik. Keduanya adalah sosok yang dihormati, keduanya dikenal sebagai mukhibbin (pecinta) Kabib Ba’alwy dan keduanya menjadi rujukan jutaan warga NU namun ada pernyataan yang kurang adil terhadap PWI-LS
Namun justru karena kedudukannya yang tinggi, ketidakharmonisan yang muncul di antara mereka memberikan pelajaran besar bagi kita semua tentang bagaimana seharusnya prinsip husnudzon, keadilan, dan keteguhan spiritual dipraktikkan dalam kehidupan berorganisasi.
1. Ketika yang Menyeru Husnudzon Justru Tidak Saling Husnudzon
Dalam berbagai kesempatan, PBNU sering menyerukan agar umat Islam “husnudzon saja” terhadap klaim nasab tertentu, termasuk terhadap nasab yang dinisbatkan kepada kelompok Ba‘Alwi. Seruan itu tentu mulia bila konsisten.
Namun perseteruan internal antara Rais Aam dan Ketua Umum memperlihatkan fakta bahwa: Bahkan sesama pemimpin tertinggi pun bisa saling curiga, saling menuduh, dan saling menafsirkan buruk kebijakan satu sama lain. Husnudzon yang mereka himbau ternyata tidak mudah juga mereka jalankan di internal sendiri.
Pertanyaannya kemudian menjadi sangat relevan:
“Jika mereka sendiri tidak mampu saling ber-husnudzon, bagaimana seruan husnudzon bisa dijadikan dasar untuk menuntut masyarakat agar menerima klaim nasab Kabib Ba’Alwi tanpa kajian dan transparansi serta tanpa bukti sesuai kaidah ilmiah ilmu nasab, ilmu sejarah dan ilmu genetika?”
PWI-LS memandang hal ini bukan untuk mempermalukan pihak manapun, melainkan sebagai pelajaran besar bahwa seruan moral harus dibangun di atas keteladanan, bukan tekanan.
2. Dalil tentang Keadilan dan Konsistensi Moral
Islam menegaskan bahwa keadilan harus ditegakkan bahkan ketika menyangkut kelompok sendiri.
a. Al-Qur’an memerintahkan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰ أَنفُسِكُمْ
“Wahai orang-orang beriman, jadilah kalian penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, meskipun terhadap diri kalian sendiri.” (QS. An-Nisā’: 135)
Ini berarti bahwa kejujuran lebih utama daripada fanatisme kelompok. Warga NU yang mengkritik ketidakselarasan dalam pengurus organisasi NU sendiri adalah perintah agama, bukan pembangkangan.
Seharusnya pula oknum pengurus PBNU bersikap adil dalam hal polemik Nasab Kabib Ba’alwy dengan tidak berat sebelah dan menyudutkan gerakan PWI-LS yang mayoritas adalah dari Warga NU.
b. Al-Qur’an juga melarang sikap pilih kasih:
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
“Janganlah kebencian terhadap suatu kaum mendorong kalian untuk tidak berlaku adil. Berlakulah adil, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al-Māidah: 8)
Maka keadilan tetap wajib—baik kepada kawan maupun lawan, baik terhadap kelompok sendiri maupun kelompok lain.
3. Ketika Cinta Dunia Menenggelamkan Husnudzon
Banyak analis melihat bahwa perseteruan pucuk pimpinan PBNU berkaitan dengan kepentingan duniawi, termasuk isu-isu:
Di sinilah relevan sabda Rasulullah SAW:
حُبُّ الدُّنْيَا رَأْسُ كُلِّ خَطِيئَةٍ
“Cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan.”
Ketika kepentingan dunia masuk ke dalam tubuh organisasi keagamaan, maka:
PWI-LS memandang bahwa setiap organisasi Islam—termasuk PBNU—harus bercermin dari sabda ini.
4. Kutipan Sholawat Asyghil: “Yang Zhalim Disibukkan oleh Sesamanya”
Teks shalawat Asyghil adalah sebagai berikut;
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَأَشْغِلِ الظَّالِمِينَ بِالظَّالِمِينَ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَأَشْغِلِ الظَّالِمِينَ بِالظَّالِمِينَ وَأَخْرِجْنَا مِنْ بَيْنِهِمْ سَالِمِينَ وَعلَى الِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِين
Allahumma Shalli Ala Sayyidina Muhammad Wa Asyghili Dzalimin bi Dzalimin Allahumma Shalli Ala Sayyidina Muhammadin, Wa Asyghili Dzalimin bi Dzalimin Wa Akhrij-na min Bainihim Saalimin, wa ‘Ala Aalihi wa shahbihi Ajmain
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada pemimpin kami Nabi Muhammad, dan sibukkanlah orang-orang zhalim dengan sesama orang zhalim (agar mendapat kejahatan dari orang zhalim lainnya), selamatkanlah kami dari kejahatan mereka. Dan limpahkanlah shalawat kepada seluruh keluarga dan para sahabat beliau.
Salah satu bacaan spiritual yang sering dikaji ulama adalah Sholawat Asyghil, di dalamnya terdapat doa:
وَاشْغَلِ الظَّالِمِينَ بِالظَّالِمِينَ
“Dan sibukkanlah orang-orang zhalim dengan sesama orang zhalim”.
Tafsirannya jelas:
Ketika dua pihak yang tergelincir oleh kepentingan dunia saling berseteru, itu adalah cara Allah mengalihkan mudharat mereka dari orang-orang yang ingin menjaga agama dan perjuangan serta mendapat keselamatan.
Bagi PWI-LS, doa ini membawa makna spiritual bahwa:
Ketika pihak-pihak besar sibuk bertikai, jalur perjuangan Walisongo tetap selamat, bersih dan terlindungi. Allah menyibukkan mereka dengan urusan mereka, sementara PWI-LS tetap fokus pada tugasnya: meluruskan sejarah, menjaga marwah leluhur, dan membela kebenaran menolak kemungkaran dengan ilmu dan adab.
5. Sikap PWI-LS: Tenang, Teguh, dan Tidak Terpengaruh Himbauan yang Tidak Konsisten
Belakangan kami mengetahui adanya himbauan dari sebagian pihak agar warga NU; untuk tidak mengikuti gerakan PWI-LS, atau melabeli kami secara sepihak tanpa dialog ilmiah.
Namun mengingat; Ketidakkonsistenan mereka terkait husnudzon, konflik internal yang justru muncul dari pihak yang memberi himbauan, dan keterlibatan kepentingan duniawi di dalamnya, maka himbauan tersebut tidak dapat menjadi rujukan moral maupun spiritual untuk membatasi PWI-LS.
PWI-LS tetap berdiri di atas:
Kajian ilmiah, Prinsip keadilan, Adab kepada leluhur Walisongo, Dan komitmen membersihkan pemahaman sejarah dari manipulasi.
6. Penutup: Pelajaran Besar bagi Umat
Perseteruan pucuk PBNU bukan sesuatu yang patut dirayakan—tetapi patut diambil hikmahnya. Hikmahnya adalah:
Sementara itu, PWI-LS tetap berjalan dalam jalur perjuangan, menghidupkan:
Warisan Walisongo, Keilmuan yang jujur, Keberanian untuk berkata benar, dan komitmen untuk tidak terseret arus konflik duniawi.
Semoga Allah menjaga umat ini dari fitnah perpecahan, dan meneguhkan langkah kita semua dalam membela kebenaran, amin Ya Robbal ‘alamin.
Wa Shallallahu ‘ala Sayyidina Muhammad wa aalihi wa sallam, Alhamdulillah.
Oleh: R.TB. Moggi Nurfadhil Satya
Ketua II PWI-LS (Perjuangan Walisongo Indonesia – Laskar Sabilillah)