Dalam naskah Mertasinga dikisahkan ada salah seorang pangeran, masih cicit Kanjeng Syaikh Syarif Hidayatullah atau Kanjeng Sunan Gunung Jati Cirebon sekitar tahun 1570 hijrah ke Banten
Sebenarnya tanpa fatwa pun kita faham bahwa aktifitas yang mengganggu fasilitas umum itu tidak boleh. Mungkin untuk mengingatkan yang lupa, MUI Banten mengeluarkan fatwa itu. Kami dari PWNU mengapresiasi fatwa itu, dan memang menurut kami hukumnya memang begitu.
Ulama yang memiliki karya dalam Bahasa Arab merupakan ulama yang dinilai tsiqoh (terpercaya) dalam keilmuannya, karena Al-Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab, begitupula hadits-hadits Nabi dan kitab-kitab utama yurisprudensi dan teologi Islam ditulis dalam Bahasa Arab. Tentunya ulama yang mempunyai karya dalam Bahasa Arab kedalaman pemahamannya akan teks-teks dapat dipertanggungjawabkan dan dapat ditakar ketelitiannya dan kepakarannya dalam Bahasa Arab bahkan walau ia telah lama wafat.
Syekh Ahmad Syathibi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mama Gentur, beliau adalah ulama dari tanah Pasundan. Di kalangan masyarakat Jawa Barat kata Mama biasanya disematkan kepada Ajengan atau Kiai yang ilmunya tinggi, sehingga sebutannya menjadi Mama Ajengan atau Mama Kiai. Sementara Gentur adalah sebuah Desa yang berada di Kecamatan Warungkondang, Cianjur, Jawa Barat.
Syekh Ciliwulung adalah putra Raden Kenyep Arya Wangsakara penguasa Tangerang pada zaman Sulthan Abul Mafakhir dan Sulthan Agung Tirtayasa. Ibunya adalah Ratu Maimunah binti Tubagus Idham dari keluarga kesulthanan Banten yang tinggal di Cakung Kresek sekarang masuk wilayah Gunungkaler.
"Barang siapa yang memusuhi waliku maka aku umumkan perang dengannya. Tidaklah hambaku mendekati aku dengan sesuatu yang lebih aku sukai daripada amalan fardlu. Dan apabila hambaku senantiasa mendekati aku dengan amalan sunah sampai aku mencintainya maka apabila aku telah mencintainya aku akan menjadi telinganya yang dia mendengar dengannya; dan aku menjadi matanya yang dia melihat dengannya; dan aku menjadi tangannya yang dia memukul dengannya; dan aku menjadi kakinya yang ia melangkah dengannya; dan apabila ia meminta sesuatu maka aku akan berikan permintaanya itu. Dan apabila ia berlindung kepadaku maka aku akan melindunginya"
Baru-baru ini, muncul KH. Zulfa Mustofa dengan dua kitabnya yaitu kitab al-fatwa wa Ma La Yanbaghi Li al-Mutafaqqih Jahluhu dan yang kedua kitab Diqqat al Qonnas fi Fahmi Kalam al Imam al-Syafi’i.
Sholawat dan doa inilah yang dibaca setiap hari oleh santri pesantren Nahdlatul Ulum Kresek Tangerang Banten dalam menghadapi fitnah pemilu 2019 itu. Sebuah do'a yang ditulis di Kota Iskandaria, Mesir, Kota Para aulia